Kamis, 17 Juli 2014

Unexpected


Mellisa… entah sejak kapan nama itu mulai memenuhi pikirannya. namun, setiap kali nama itu teringat dan terucap, ada rasa bahagia, rindu, sedih, sakit, dan sesak yang menyesapi segala ruang otak, hati, hingga ke dalam tulangnya. Jika diingat lagi, perkenalan pertama mereka biasa saja normal layaknya semua anggota klub fotografi berkenalan. Berjabat tangan dan  mengucapkan nama masing-masing. Mungkin diberi sedikit senyuman di sana, entah itu adalah senyum manis atau senyum lainnya.
Mereka berkenalan untuk memulai kerja sama sebagai suatu kelompok dalam acara penerimaan anggota baru. Tanpa adanya prasangka, mereka mampu membuat kelompok mereka menjadi 1 di antara yang terbaik. Dan berselang 1 bulan kemudian, antara dirinya – Kevin – dan Mellisa, tidak terjadi apa-apa lagi. Tidak saling menyapa, berbicara, ataupun saling memandang.

Hari demi hari kian berlalu memuat nuansa yang baru. Cerita dan canda mulai berderai bagai hujan di bulan desember, mengalir tanpa henti. Dan kemudian angin musim semi mulai membawa kuncup-kuncup baru. Belum bisa dipastikan apa yang terjadi pada Kevin dan Mellisa, tapi keduanya sama-sama menikmati apapun itu yang terjadi antara mereka.

*          *          *
Kevin yang terhuyung-huyung masuk ke dalam ruang klub fotografi dan langsung jatuh terduduk di sofa. Dara, gadis tomboy dengan rambut berpotongan laki-laki, salah satu anggota klub yang sedangduduk di meja tepat di hadapan pemuda itu menatapnya heran.
“kenape lo? Lebay banget masuknya! So dramatic!” komentar Dara sinis.
“capek gue! Praktikum komputer mulai jam 10 dan ini baru selesai. Puas nggak tuh ?!” jawab Kevin tak kalah sinis.
“ hah! Kasian banget lo, ya! Mending gue, dong! Hari ini Free nggak ada kuliah. Jadi, dari pagi tadi gue di sini deh, ngedit foto-foto hasil hunting kemaren.” Jelas Dara bangga lalu tertawa bahagia. Kevin hanya mendengarkan sambil memberikan seulas senyum. Enak banget hidup dia.. komentar Kevin dalam hati. Matanya mulai terpejam mencoba meredakan lelah tubuhnya.
            Tak lama setelah kedatangan Kevin, seorang lainnya kemudian masuk.
“ hi, Dara! Gimana ngeditnya ?” sapanya riang.
“ hi, Mell! Seru dong! Lucu liat foto-foto kemaren.” Jawab Dara tak kalah riang.
“ lho? Ada Kevin juga? Hi, Kevin! Koq kusut gitu ? kayak kembalian angkot, aje!” sapa Mellisa lalu terkekeh.
Kevin membuka matanya lalu tersenyum memandang Mellisa yang saat itu terlihat segar dengan kemeja hijau pastel yang lengannya dilipat hingga siku dan dipadukan dengan rok lipit selutut berwarna orange dengan motif garis-garis kuning. Rambut panjangnya dikuncir kuda dan memakai sneaker-heel putih.
Emm… jadi pengen es jeruk, nih. Eh! Jus alpukat juga enak kayaknya. Batin Kevin lalu tersenyum. Rasa lelahnya jadi hilang hanya dengan melihat gadis yang satu ini tanpa harus lama-lama berbaring memonopoli satu-satunya sofa di ruangan itu.
“ abis praktikum komputer tadi, mulai jam 10.” Jawab Kevin akhirnya.
“ halah! Gitu aje kusut.Gue nih! Kuliah mulai jam 8 tadi. Terus dilanjutin ngerjain tugas yang dead linenya besok sama temen-temen gue tadi. Biasa aje gue!”  jawab Mellisa berlagak sombong sambil meletakkan tasnya dan langsung menghadap ke kipas angin di meja.
Maklum, ruang klub ekstrakurikuler di kampus nggak harus pake AC. MAHALL !!
Mellisa lalu menengok jam tangannya. Pukul 12.30 siang. mm.. pantes aje panas gini! Gerutunya dalam hati.
“Ra, shalat kagak lo ?”Tanya Mellisa tiba-tiba.
“ kagak! Palang merah gue.”Jawab Dara dari balik laptopnya.
“ bagus! Ayok makan! Laper gue.Tadi juga nggak sarapan.”Ajak Mellisa bersemangat.
“ wuih! Tumben nggak sarapan.” Komentar Kevin tiba-tiba.
“ nggak tau tuh, Mami. Hari ini nggak ngerti ngambek kenape. Nggak bikinin sarapan, nggak bangunin gue. Untung aje nggak telat tadi!” jawab Mellisa ketus.
“ apa jangan-jangan Mami ngambek gara-gara Papi dinas ke Surabaya? Halah! Mami!!”  lanjut Mellisa lagi ditambah gerutuan tak jelas.
“ mmhh !! udah!! Malah nyalahin mami! Ayok deh, makan!” kata Kevin yang sudah bangkit berdiri. Ketiganya segera keluar, mengunci pintu dan menuju target utama : kantin kampus.
*          *          *
Masing-masing pesanan sudah ada di depan mata. Aromanya mulai merangsang Mellisa yang lebih dulu mencicipi makanannya.
“ ahh!! Mie ayamnya Mang Jajang emang paling juara deh kalo lagi laper! Apa lagi kalo pedes! Beh !!” komentar Mellisa yang spontan membuat Dara dan Kevin bergerak menyentuh makanan mereka sambil tersenyum lucu.
Sebagian besar teman-teman Mellisa pasti akan tertawa saat melihat gadis itu makan, seperti ada yang salah dengannya. Hannah Mellisa Vostock, memiliki rambut coklat yang alami. Matanya berwarna abu-abucerah. Kulitnya putih, tubuhnya pun tinggi.
Yang membuat teman-temannya merasa lucu adalah Mellisa seorang gadis keturunan Perancis, Canada yang lahir dan besar di Jakarta, dan sangat mencintai makanan Indonesia no matter what. Jarang sekali melihat Mellisa menikmati Hamburger atau Pizza. Dia akan lebih menikmati jika disodori gado-gado atau sate.
Mellisa memang bisa berbahasa Perancis dan Inggris dengan baik, atau sesekali terlihat sedang minum Whiskey, wine, atau vodka. Tapi Dia mencintai Indonesia lebih dari apapun. Dan jika ditanyai alasannya mengapa, maka akan dijawab dengan santai, simple! My father is Indonesian, and I was born and raised in Indonesia. So what ?!

“ mell, tumben banget mami marah soal gituan? Bukannya pas lo mulai kuliah udah nggak lagi ya?” Tanya Dara penasaran.
“ mmhh? Maksudnya apaan, tuh? Nggak paham gue.” Tanya Kevin bingung menaggapi Dara.
“ jadi gini, Vin. Pas kita SMA dulu, pernah sih beberapa kali mami sama papi Mellisa ribut. Yaitu, tuh! Gara-gara papinya sering dinas keluar kota. Kadang seminggu, kadang 2 minggu. Terus, mulai tahun lalu, Mellisa mulai kuliah, udah nggak gitu lagi, kabarnya. Makanya heran aja gue, kali ini malah kejadian lagi .” Jelas Dara yang tahu betul hal itu, karena dirinya dan Mellisa adalah teman sebangku sejak SMP dan Mellisa mengangguk-angguk membenarkan.
" trus, lo nggak apa-apa Mell, selama papi-mami lo kayak gitu?"tanya Kevin takjub.
" biasa aje, gue! mereka marah-marahan kayak anak kecil, tauk! lucu, aje. kayak lihat comedy-romanticnya luar negeri. sebentar-sebentar sayang-sayangan. sebentar-sebentar marah-marahan. entar tiba-tiba papi ngajak dinner, trus mereka mesra banget jadinya. halah! bosan gue! udah epidode berapa ratus, coba ?! malas gue yang mo terus-terusan mantengin mereka." jawab Mellisa santai tanpa meninggalkan mie ayamnya.

Kevin begitu takjub melihat reaksi Mellisa yang terlalu santai untuk hal semacam itu. kevin jadi bingung untuk memutuskan apakah itu masuk dalam kategori Broken Home atau bukan. Ya ampun! jahat banget gue mikirin hal jelek kayak gituan! Kevin tersadar lalu memukul kepalanya sendiri.
Dara yang menangkap hal itu langsung tertawa.
" kenape lo, Vin? Kepala sendiri lo jotosin! Kepedasan? Noh! Pesen lagi es jeruknya!" tegur Dara geli.
" mm... Mell, sorry nih. Trus, lo nggak kenapa-napa soal hal itu?" tanya Kevin hati-hati.
"nggak kenapa-napa, apaan maksud lo?" tanya Mellisa bingung.
" yah, lo tau kan, kalo orang tua ribut kan, biasanya berpengaruh pada psikologis anak. " jelas Kevin hati-hati hingga suaranya nyaris tak terdengar.
Mendengar penjelasan Kevin Mellisa lantas tertawa.
" oohh !! jadi lo mikirnya jadi kayak broken home gitu?" kata Mellisa kencang membuat mata Kevin membelalak terkejut dan Dara hanya tertawa melihatnya.
Sial! Kebaca! Salah deh, gue! Rutuk Kevin.
Mellisa lalu tertawa geli.
What the ?!Kevin heran melihat reaksi Mellisa.
Asli deh! Baru sekali ini gue ketemu ade cewek luar negeri sarap kayak gini! Kevin menggeleng-geleng melihat Mellisa yang masih tertawa.
" kevin, kevin.. lo bikin gue nggak bisa berenti ketawa aje." Kata Mellisa di sela tawanya.
" lo koq bisa sih, mikir kayak gitu? Santai aje! Kalo gampang ngapain dibikin ribet, Vin?" lanjut Mellisa.
Gadis itu akhirnya berhenti tertawa dan menyeruput es jeruknya sedikit.
" kan udah gue bilang, mereka tuh kayak komedi-romantis luar negeri, Vin! Don't take it too serious!" jelas Mellisa lagi lalu dengan tenang melanjutkan makannya.

*          *          *
Mobil putih Mellisa memasuki halaman rumah. Gadis itu segera turun, dan setelah menutup gerbang, ia bergegas masuk. Gadis itu mendapati maminya sedang nonton tv.
" bonjour, madame1." Sapa Mellisa.
" bonjour, mademoiselle2." Balas maminya dengan wajah datar membuat Mellisa terganggu melihat wajah itu.
Mood ini nih yang nggak bangunin gue dan nggak bikinin gue sarapan! Gerutu Mellisa.
" mami, ih!!mukanya koq gitu? Datar! lagi maskeran, apa?!" tanya Mellisa gregetan sambil duduk di samping wanita itu.
" nggak. Mami lagi sebel aja sama papi kamu. Udah janji nggak bakalan terima dinas di surabaya, ehh!! Tetap aja diterima!" jawab mami ketus,
Okay! It's gonna be serious. What the hell with this old people and Surabaya ? Mellisa mulai curiga. Halah! Udah deh! Kalo gue ladenin, sakit otak gue nih! Pikirnya lagi lalu menggeleng-geleng.
" ihh!! Mami! Hari gini galau! Udah kayak anak muda zaman sekarang yang nggak punya pulsa, aje!" omel Mellisa yang ikut-ikutan ketus membuat maminya lalu tertawa melihat ekspresi putri tunggalnya itu. Mami pun memeluk Mellisa.
" Hannah, My Princess, I'm so sorry. I'm sure that my bad mood today is so bothering you." Kata mami lalu mencium mellisa.

Gadis itu tersenyum. Ia sangat suka jika mami memanggilnya Hannah. Itu jadi mengingatkannya pada tante kesayangannya, Tante Hannah. Adik bungsu mami yang sudah meninggal 2 tahun lalu.
" of course it's so much bothering me! You didn't wake me up! You didn't make me breakfast!" jawab Mellisa bergaya kesal.
" oh.. I'm so sorry, pumpkin. So what do you want for lunch?" tanya mami manis dan 'sok' bersemangat.
" forget it! I didn't late, and I already lunch!" jawab Mellisa bergaya ketus membuat mami terdiam. Jelas ada rasa sesal menyesap di hati mami. Gara-gara rasa kesal terhadap suami tercinta malah membuatnya melupakan kewajibannya terhadap putrinya.
Mellisa terharu melihat wajah mami. Gadis itu lalu tersenyum dan balik memeluk mami.
" but i want you to make something for our special dinner." Kata Mellisa manis membuat maminya tersenyum dalam haru.
" kalo gitu, cepetan ganti baju, cepetan mandi, udah asem banget tuh! Trus, kita bikin sama-sama apapun yang mau kamu makan." Kata mami dengan semangat yang seketika itu juga menulari Mellisa. Gadis itu segera berlari ke kamar melakukan segala titah maminya.

*          *          *
Angin segar di puncak membelai pipi Mellisa begitu gadis itu keluar dari mobilnya diikuti Dara. Mereka kemudian mulai membawa serta kamera mereka. Hari minggu ini, setelah semalam papi pulang dan misa pagi bersama tadi, Mellisa mempunyai agenda untuk foto-foto di kebun teh dan mungkin kebun strawberry. Namun, Mellisa dan Dara tidak sendirian. Mereka datang bersama 3 mobil lainnya. Kevin, bersama Ryan dan Tyo. Ada Rini, ketua klub fotografi bersama pacarnya, Reinald yang juga anggota klub. Dan Roy bersama adiknya Ria dan sepupu mereka Andrea. Semuanya berjumlah 10 orang dan kini mereka mulai berpencar mencari spot yang pas untuk berfoto ria.
Rini dan Reinald terlihat sibuk berduaan, mulai memanfaatkan kesempatan. Ria dan sepupunya Andrea mulai sibuk memotret diri masing-masing dengan sesekali dibantu oleh kakaknya, Roy. Ada Dara, Mellisa, Kevin, Ryan, dan Tyo yang mulai sibuk memotret pemandangan kebun teh.
Dara dan Mellisa yang sedang berkonsentrasi memotret tiba-tiba memperhatikan percakapan Ryan dan Tyo yang tak begitu jauh dari mereka.
" abis ini makan dimana kita, nih?" tanya Ryan tiba-tiba.
" halah! Otak lo, tuh isinya makaaann, mulu!" cibir Tyo.
" eh, tapi jangan salah! Walaupun gue banyak makan, tetep ada sixpacknya, kale!" kata Ryan bangga sambil mengangkat kaosnya dan memamerkan sixpacknya hingga membuat Ria dan Andrea melongo sesaat.
" emang lo? Makan nggak makan tetep aja onepack!" lanjut Ryan sambil memperagakan gaya ibu hamil lalu tertawa melihat Tyo yang membelalakan mata padanya.
Dara dan Mellisa berpandangan sebentar lalu akhirnya ikut tertawa memperhatikan tingkah teman-teman mereka. Dan kevin, dengan senang hati menikmati pemandangan itu. Bukan pemandangan asrinya kebun teh, melainkan Mellisa yang sedang tertawa. Tawa itu selalu mampu membuatnya hilang kesadaran. Kevin dapat melupakan segala hal dihadapannya jika sudah mulai berhadapandengan Mellisa.
Tidak seperti pemuda lainnya yang suka menggoda atau terang-terangan memuji kecantikan Mellisa yang sering dianggap gombal oleh gadis itu, Kevin lebih memilih diam tanpa komentar dan hanya bisa memandangi Mellisa. Jangankan duduk di dekat Mellisa, hanya menangkap sekelebat sosok gadis itu saja sudah menjadi sebuah pembangkit listrik dalam dirinya.
" woi!!" teriak roy tiba-tiba membuyarkan lamunan Kevin.
" ngelamun aje, lo! Kesambet nanti!" lanjut Roy lagi sambil mulai memotret di samping Kevin.
" apaan sih, lo? Ganggu ketenangan, tau nggak?" kata Kevin kesal.

Roy tersenyum simpul sesaat lalu menatap temannya itu dengan serius.
" vin, sebagai teman yang baik, gue saranin lo buat jujur sama dia." Kata Roy seketika membuat Kevin segera berbalik padanya.
" lo nggak bisa terus-terusan ngeliatin dia dari jauh dan nipu diri sendiri kalo mau sama dia."lanjut Roy lagi.
" menurut lo gitu?" tanya kevin serius.
" kalaupun nanti dia nolak lo dengan alasan macem-macem yang gue yakin nggak bakal kejadian, at least lo udah usaha, men.Dan yang penting biar dia tau kalo lo sayang sama dia. Perasaan orang siapa yang tau?!" Jelas Roy serius. Kevin terdiam, berpikir.
" ini cuma saran dari gue. Bisa lo terima, bisa kagak. Tapi, kalo udah jadian, jangan lupa traktirannya." Kata Roy lagi lalu pergi menemui 2 adiknya, Duo Rempong - Ria dan Andrea.
*          *          *
Tak disangka matahari yang mulai semakin terik sama sekali tidak mengganggu Rini dan Reinald yang sedang bermesraan, juga Ria dan Andrea yang semakin gencar melakukan foto selfie.Mellisa dan Dara yang sudah tak tahan segera bergegas menuju mobil dengan membawa semua peralatan memotret mereka.
" pada udahan, nih?" tanya Ryan bingung.
" enggak sih. Kita cuma mo istirahat aja, nggak tahan sama mataharinya. Kalo lo-lo pada masih mo lanjut, ya silahkan. Kita tungguin, koq." Jawab Dara santai.
Tiba-tiba Kevin sudah berdehem di  samping mereka. Dan ketika kedua gadis itu berbalik padanya, Kevin hanya bisa tersenyum manis sambil menggaruk kepalanya.
" Mellisanya boleh gue pinjem bentar, nggak?" tanya Kevin manis. Dara dan Mellisa saling berpandangan.
" mo ngapain?" tanya Mellisa sok jutek.
" lama nggak ?"  sambung Dara.
" emang mo ke mana?" lanjut Mellisa lagi.
" penting banget, apa?!" lanjut Dara lagi.
"guys! satu-satu, dong!" kata Kevin tegas membuat kedua gadis itu seketika terdiam kemudian tertawa.
"pliss... gue boleh pinjam Mellisanya, ya.. bentar aja, koq." Kata kevin lagi.
" boleh. Asal, nggak lecet aje pas dikembaliin nanti. Merusak artinya membeli!" jawab Mellisa asal.
" dan ingat, bayarannya lima ribu rupiah per menit!" lanjut Dara lagi. Kevin tertawa mendengar jawaban kedua gadis itu lalu membawa Mellisa pergi.

Dara hanya tersenyum melihat itu, dan tak jauh darinya ada Roy yang juga tersenyum senang. Kevin dan Mellisa mulai menyusuri jalan setapak di sepanjang perkebunan teh itu. Entah kebun itu milik siapa, mereka tak tahu dan bahkan tak perduli. Keduanya sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Tenang Kevin..tenang… control.. Kevin terus-menerus menenangkan diri selagi berjalan di samping Mellisa.
Okay, I don’t know what he going to do with me. But I swear if that is something violent, then I can’t guarantee that he can keep stand on his own feet like now! Batin Mellisa yang mulai menerka-nerka apa yang akan mereka lakukan.

Keduanya kemudian sampai di bawah sebuah pohon rindang. Dari tempat itu, mereka bias melihat keseluruhan pemandangan keut the, termasuk teman-teman mereka yang sedang berakting menjadi spion terhadap mereka.
okay, what is happening that I don’t understand?” Tanya Mellisa to the point.
Kevin menatapnya dalam-dalam lalu menggenggam kedua tangannya. Kehangatan tubuh Mellisa bukannya bias menenangkan Kevin, malah sebaliknya membuat Kevin semakin ingin melarikan diri dari gadis itu.
            “ what’s wrong? What? You shaking?” Tanya Mellisa bingung lalu tertawa.
            “sorry.” Kata Mellisa lagi.
no, no. keep going! Your laugh make me more relax, actually.” Kata kevin cepat membuat Mellisa terheran-heran.
okay, seriously! What is this?” Tanya Mellisa tak sabar.
well, kita udah temenan hampir setahun..” kata Kevin akhirnya.
“ ya, ¾ tahun, lebih tepatnya.” Sambung Mellisa lalu tertawa dengan hasil kalkulasinya sendiri.
“ oke, whatever! Gue, pengen kita jadi lebih dari temen bahkan lebih dari sahabat. Gue pengen bisa terus ada di deket lo. Gue pengen terus ngelindungin lo. Gue pengen jadi orang yang paling ngerti lo. Dan gue pengen jadi orang yang special buat lo. Gue pengen..jadi pacar lo.” Kevin yang susah payah akhirnya berhasil mengatakan apa yang selama ini bersarang di dalam hati dan pikirannya. Semua pengakuan itu malah membuat Mellisa terdiam. Gadis itu terdiam, kehilangan kata-kata. Dia terharu.
“ mm… lo pernah tahu nggak kalo ada yang bilang kita itu mirip?” Tanya Mellisa begitu Ia dapat berkata-kata.
“ gue tahu, koq. Dan katanya kode alam. Jodoh.” Jawab Kevin yang mulai tenang. Mellisa menatap pemuda dihadapannya itu lekat-lekat, seperti mencari sesuatu di sana namun tak pasti apa yang dicarinya. Ketulusankah ? Cintakah? Kejujurankah ?keduanya terdiam.
so, lo mau nggak kalo gue jadi pacar lo?” Tanya Kevin akhirnya.

Deg! That’s it! Entah mengapa keduanya sama-sama merasakan rasa lega dan bahagia mendengar pertanyaan itu, walaupun belum ada jawaban yang terlontar.
“lo ingat nggak dulu pas kita pertama kenalan?” Tanya Mellisa tiba-tiba.
“ kita ini orang modern. Masa lalu itu untuk disimpan bukan untuk dibahas.” Jawab Kevin tenang.
well, actually masa lalu perlu disimpan, diingat, dan dibahas ketika masa lalu itu adalah sebuah kenangan indah.” Sambung Mellisa tak kalah tenang.
“ gue ingat. Perkenalan kita, perkenalan biasa…” kalimat Kevin menggantung.
“ perkenalannya biasa, hal selanjutnya yang luar biasa.” Sambung Mellisa.
“ perkenalannya biasa, senyuman lo yang bikin hal selanjutnya jadi luar biasa.” Lanjut kevin akhirnya.
“ jelaskan maksudnya ‘luar biasa’!” kata Mellisa lalu keduanya terdiam.

Suasana jadi terasa begitu sunyi hingga mereka bisa mendengar suara angin yang bertiup. Suara percakapan para pemetik teh segera berhasil membuat mereka seakan kembali dari dimensi yang berbeda dan menyadari bahwa mereka masih berpijak di bumi dan masih berada di kebun teh di puncak.
so you want to be my lover, huh?” Tanya Mellisa akhirnya.
bien sûr, mademoiselle3.” Jawab Kevin bergaya bahasa Perancis.
et pourquoi pas4?” Tanya Mellisa santai.
quoi5? Pardon6?” Tanya Kevin yang terkejut dengan pertanyaan Mellisa barusan.
I said, why not? I’m too, want to be your lover if you don’t mind.” kata Mellisa lalu tersenyum manis. Kevin kehilangan kata sesaat lalu tersenyum manis.
définitivement7! Avec plaisir8! Merci beaucoup9!” jawab Kevin senang.
je vous en prie10” kata Mellisa manis. Dan kembali, Kevin salah tingkah setelah menyelesaikan misinya.

so, we are going back now? As a couple?“Tanya Kevin salah tingkah acute.
of course! We have strawberry garden waiting.” Jawab Mellisa yang lucu melihat tingkah Kevin, pacar barunya itu. Gadis itu segera menggandeng tangan Kevin dan berjalan kembali pada teman-temannya tanpa memperdulikan Kevin yang mulai berubah merah, semerah Mr. Crab dalam serial Spongebob Squarepants.

*          *          *

Mami mengetuk pintu kamar Mellisa sambil memanggil namanya menyuruhnya bangun, lalu segera ke dapur membuatkan sarapan. Mellisa yang telah selesai bersiap segera berlari-lari menuju meja makan.
“ jangan lari-lari dong! Nanti jatuh! “ tegur Mami yang tidak dihiraukan Mellisa. Ia segera duduk dan menyantap roti lapisnya.
“ tumben telponan sama Dara sampai malam.” Kata Mami tiba-tiba.
“ oh.. itubukan Dara, Mi.” Jawab Mellisa santai.
“ bukan Dara? Trus siapa? Koq sampai malam begitu telponnya.” Tanya Mami penasaran.
that’s my new lover. He’s so nice. I’ll bring him home later.” Jawab Mellisa lalu menyeruput susunya yang telah hangat. Mami menatapnya menyelidik membuat Mellisa terganggu.
don’t worry, Mi. He’s chatolic, also. Rome Chatolic. I know what you mean with that curious look.” Kata Mellisa sewot membuat Mami tertawa kecil.
i know my little princess will never let me down.” Kata Mami santai.
but don’t forget ___”
be carefull. I know.” Lanjut Mellisa yang sudah tahu apa yang akan dikatakan Maminya. Menurutnya semua Mami pasti akan mengatakan hal yang sama.
i gotta go. I Love You.” Kata Mellisa yang telah menghabiskan sarapannya. Ia lalu mencium Maminya dan bergegas ke kampus, sebelum alasan klise seperti macetnya jakarta menimpanya hari ini. Mellisa hanya tersenyum mengingat Kevin yang ternyata bisa menjadi sosok yang romantis.
*          *          *

Sudah berjalan 2 bulan Kevin dan Mellisa berpacaran. Tak ada masalah yang terjadi, bahkan mereka terlihat semakin membuat iri pasangan-pasangan lain. Dan hari ini terjadi lagi hal yang sama, hari sabtu, hari libur, tapi Papi harus dinas ke Singapur dan baru kembali 2 hari lagi. Mami yang sedang bad mood sdang dihibur Mellisa dengan mendatangkan Kevin, dan membuat mereka kini sibuk menyiapkan hidangan untuk pacar Mellisa itu.

Ting tong! Ting tong! Bel rumah yang tiba-tiba berbunyi membuat Mami dan Mellisa terperanjat.
 “ biar Mellisa aja, Mi.” Katanya lalu segera membuka celemek dan menuju pintu. Begitu pintu dibuka, sosok tampan Kevin langsung betengger di hadapannya.
hey, pretty boy. Got a wrong adress?” goda Mellisa lalu keduanya pun cipika-cipiki.
sweetie, you smell like chocolate. New parfume?” tanya Kevin sambil terus mengendus-endus Mellisa dan membuat gadis itu tertawa.
no, it’s not. Gue sama Mami lagi bikin Chocolate Ice Cream.” Jawab Mellisa bangga.
“ ayo masuk! Jangan lupa, Mami lagi bad mood. Jadi nggak usah mancing-mancing emosi.” Bisik Mellisa sambil menarik Kevin masuk lalu menutup pintu.

Keduanya segera menuju dapur dimana Mami sedang sibuk dengan hidangan makan siang mereka.
“ mi, ini pacar Mellisa.” Kata Mellisa begitu sampai dihadapan Mami.
“ halo, tante.” Sapa Kevin ramah. “ Kevin, tante.” Kata Kevin lagi. Mami memandangnya lalu tersenyum manis dan mengangguk, kemudian kembali pada kesibukkannya. Mellisa segera menarik Kevin duduk dan Ia sendiri kembali membantu Mami.

Jelas sekali jurus “makan siang bersama Kevin” dari Mellisa berhasil.Mami terlihat sangat menikmati dan juga menyukai Kevin.
“jadi, Kevin di Jakarta tinggal sama siapa?” tanya Mami ramah.
“ sendiri tante. Awalnya ngekos, tapi sekarang udah ngontrak, rame-rame sama temen-temen.”Jawab Kevin sopan.Mami mengangguk mengerti.
“ tante kira ada sanak saudara di Jakarta.” Kata Mami lagi lalu beranjak mengambil es krim di kulkas.
“ harusnya sih ada ayah di Jakarta. Tapi udah nasib sama-sama sibuk nggak bisa ketemu.” Jawab Kevin lesu.Mami tersenyum lucu mendengarnya.
well, forget about that now and just eat this delicious ice cream!” kata Mellisa yang jelas tak sabar melihat es krim cokelat yang sudah bertenggert di hadapannya.

*          *          *
Keadaan berjalan normal untuk segala hal.Klub fotografi semakin sibuk, mami yang tetap selalu ngambek saat papi tidak bekerja di Jakarta, dan hubungan Kevin – Mellisa yang terlihat terlalu baik - baik saja.

Kevin yang sedang sibuk mengerjakan tugas tiba-tiba terperanjat akibat bunyi ponselnya yang memecah keheningan kamarnya di tengah malam.
“ halosayang.” Jawab Kevin setelah melihat nama Mellisa di display. Namun, sang penelepon dari seberang tak ada jawaban.
“ halo, Mell.. kenapa?” tanya Kevin lagi. Masih tak ada jawaban, namun tiba-tiba terdengar suara pelan yang bebisik.
“ kevin…”
“iya Mell. Kenapa sayang?” tanya Kevin tenang.
“ aku.. aku telat.” Jawab Mellisa pelan.
“ telat ? telat apa sayang? Kamu ngigo?” tanya Kevin bingung.
“ aku nggak ngigo, Kevin! Aku sadar, koq.Aku… aku telat!”jawab Mellisa tak sabar.
” telat apa? Telat ngumpulin tugas?Kamu kenapa, sayang?Aku nggak ngerti.”Kavin jadi ikut tak sabar mendengar jawaban Mellisa yang tidak langsung pada intinya.

Mellisa di seberang justru menjadi bingung.Apakah harus merasa senang? Atau harus merasa sedih ?Mellisa sadar dia telah berdosa, namun tidak menyesalinya selama itu terjadi saat Kevin yang menjadi pacarnya. Gadis itu lalu menarik napasnya dalam-dalam dan membulatkan tekad untuk memberitahu Kevin tentang apa yang tengah dialaminya tengah malam begini.
“ Kevin..” panggil Mellisa pelan.
“ iya, Mell ?”
“ kamu nggak boleh kaget lho, ya!” kata Mellisa tenang.
“ oke, aku nggak bakalan kaget. Tapi apa? Kenapa?” tanya Kevin yang malah semakin penasaran dengan tingkah pacarnya di tengah malam.
“ aku telat datang bulan, Vin..” kata Mellisa pelan.
“ okay. So? Apa itu penyakit ?apa kita butuh ke dokter besok ?or what ?” kata Kevin yang cukup lega mendengar jawaban Mellisa barusan, yang ternyata telat datang bulan. Well, Kevin sudah sering mendengar tentang kesulitan datang bulan. Telat datang bulan, nyeri saat datang  bulan, tentu yang dipikirkannya adalah membawa Mellisa ke dokter.
no, of course not! Apparently, I’m pregnant, and I’m sure that this is yours.” Jawab Mellisa sambil menutup matanya, dan menahan napas agar lebih tenang.

Kevin di seberang seakan baru saja ditodongi pistol tepat di depan wajahnya, Ia tidak tahu harus apa. Ia kehilangan akal untuk sesaat setelah mendengar perkataan Mellisa. Pregnant ?oh my gosh! Hal itu seperti baru saja menyetrumnya dan jelas akan membuatnya tidak bisa tidur untuk beberapa malam kedepan. Ada rasa penyesalan karena telah berdosa, melanggar perintah Tuhan : Jangan Berzinah ! namun otaknya mulai berdalih bahwa mereka sepasang kekasih yang melakukannya atas dasar cinta. Ada rasa bersalah karena hal itu terjadi di luar ikatan pernikahan, namun otaknya kembali berdalih bahwa Ia sudah pasti tanggung jawab dan menikahi Mellisa.
Ada rasa senang dan haru yang menyesap, karena itu terjadi saat Mellisa yang menjadi kekasihnya, bukan salah satu gadis bodoh yang sering Ia tertawakan. Namun kemudian ada rasa khawatir yang ikut menghujamnya. Apakah Mellisa senang ?atau malah bersedih ? apa yang Mellisa rasakan ?
“ halo, sayang.. still there ?” tanya Kevin tiba-tiba.
“ iya. Gimana?”
“ gimana apanya?” Kevin malah balik bertanya.
“ your feeling ? what are we gonna do?” tanya Mellisa yang tetap menahan dirinya untuk tidak menjerit sekeras-kerasnya dan berlarian seperti orang gila.
“ well, sebenarnya aku senang. Kamu?” jawab Kevin tenang sambil tersenyum.

Mendengar jawaban Kevin sama seperti baru saja menemukan kembali anak anjing yang sepmat hilang, Lega!
thanks. Aku juga.So, what we gonna do next?” tanya Mellisa ragu.
“ aku ngelanjutin ngerjain tugas, kamu tidur, besok kuliah, dan kita akan kasi tahu orang tua kita pas kita udah nggak sibuk. Okay, sweetheart ?”jawab Kevin tenang yang jelas membuat Mellisa ikut tenang.

*          *          *
Seminggu telah berlalu dan juga kompetisi fotografi yang diselenggarakan oleh Mellisa dan teman-temannya.Sebagai bentuk rasa syukur, klub fotografi memilih jalan-jalan keliling Jakarta sambil mengambil foto sesuka hati, bersenang-senang, dan tentunya makan-makan.
Suara Maudy Ayunda mangalun pelan dari mp3 player mobil Kevin.Mellisa yang duduk di sampingnya sibuk mengutak-atik kamera melihat hasil jepretannya.Sedang Dara yang ikut bersama mereka, sedang bermesraan dengan kekasihnya Dony, salah satu panitia kompetisi fotografi di kursi belakang.
“ jadi, kapan kita bakal bilang?” tanya Mellisa tiba-tiba.
“ ehem! Bilang apa nih?! Rahasiaan lo berdua?” goda Dara.
“ ada deh! Mo tau aje lo!” jawab Mellisa usil.
“ rahasia perusahaan.” Tambah Kevin. Mereka pun kembali diam, membiarkan Maudy Ayunda kembali mengambil alih.
Tiada lagi yang mampu berdirihalangi rasaku, cintaku padamu… Ku bahagia kau telah terlahir di duniaDan kau ada di antara milyaran manusiaDan ku bisa dengan radarku menemukanmu…
“ mm… papi nggak keluar kota?” tanya Kevin tiba-tiba.
“ enggak. Kata mami, 2 bulan ini jadwalnya papi nggak keluar kota.” Jelas Mellisa.
“ oke. Berarti 2 hari lagi kita udah bisa langsung ngadap. Tapi, istirahat dulu! Baru juga selesai bikin acara.” Kata Kevin yang langsung disetujui Mellisa.Pemuda itu lalu mengelus kepala Mellisa dengan lembut.
“ lo berdua ngomongin apa sih, koq sampe serius kayak gitu?!” tanya Dara yang jadi  penasaran melihat tingkah temannya.
“ ini juga ngapain sih pake kepo? Hah ?!” tanya Dony lalu mencubit hidung Dara membuat mereka semua tertawa. Dan kejadian selanjutnya berubah gelap seketika!

*          *          *
Mobil kevin berjalan pelan, hendak memasuki sebuah gang yang akan membawa mereka ke sebuah tempat yang dipercaya bisa memberikan hasil foto yang bagus. Namun, dari seberang ada sebuah truk yang dikendarai seorang pria tak berperhatian hingga menabrak mobil mereka hingga hancur.Kaca-kaca pecah, Dara terkena serangan panic dan segera tak sadarkan diri. Mellisa terkena benturan keras yang membuat kepalanya berdarah, dan langsung tak sadarkan diri.Kedua pemuda itu, Kevin dan Dony hilang akal.

Kejadian selanjutnya adalah Dony yang sudah menemani Dara yang sedang diinfus dan Kevin sedang menunggu Mellisa yang masih berada di UGD.Tak lama kemudian, Mami datang dengan wajah panik.
“ Kevin, kalian kenapa?” tanya Mami to the point.
“ kami, kecelakaan tante. Mellisa, masih di dalam.” Jawab Kevin gemetar lalu menunjuk ruang UGD.
Tak lama setelah kedatangan Mami, Papi akhirnya sampai.Mami dan Kevin sama-sama berdiri menyambut Papi.Kevin dan papi sama-sama terkejut saat keduanya saling menatap.
“ dia siapa, Mi?” tanya papi kaku.
“ dia Kevin, pacarnya Mellisa.” Jawab Mami dingin.
“ ayah ? ayah ngapain disini ?” tanya kevin terbata-bata.
Mendengar pertanyaan kevin barusan membuat Mami merasa seakan-akan baru saja disambar petir. Mami segera berbalik menatap Kevin.
“ ayah?” tanya Mami kaku.
“ iya, tante. Ini ayah saya.” Jawab Kevin mantap.
“ maaf Kevin, mungkin kamu salah orang. Pria ini bukan ayah kamu, tapi Papinya Mellisa.” Jelas Mami dingin. Entah apa yang telah merasukinya hingga membuat Kevin menjadi gila. Ia lalu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mami bahwa pria itu bukan ayahnya melainkan Papinya Mellisa, pacarnya yang sekarang sedang berada di antara hidup dan mati di dalam ruang UDG.
“ ayah ngapain di sini? Ayah kenapa bisa kenal sama Maminya Mellisa. Ayah kenal sama Mellisa? Kenapa ayah dipanggil papinya Mellisa? Jawab, yah! Jawab!” tanya Kevin bertubi-tubi. Belum selesai rasa heran Kevin, sebuah tamparan bahkan telah mendarat tepat di pipinya.
“ kevin! Berani sekali kamu meneriaki suami saya! Kamu pikir kamu siapa?” bentak Mami di hadapan Kevin.
“ kevin, kenapa kamu pacaran sama anak ayah, Mellisa? Kalian nggak boleh pacaran, nak! Kalian saudara seayah, kevin!” kata Papi pelan, penuh penyesalan.
“ harusnya ayah kasi tahu Kevin dari dulu. Harusnya ayah setia! Sama Bunda, atau sama Maminya Mellisa. Harusnya ayah pilih salah satu, Yah! Salah satu!” kevin balas membentak Ayahnya yang juga Papinya Mellisa.
“ kevin, maaf..” kata Papi pelan. Suasana jadi hening, tak karuan. Mami mulai menangis, entah apa yang ditangisinya. Anaknya yang sedang sekarat, suaminya yang berkhianat, anaknya yang berpacaran dengan anak suaminya, atau kenyataan bahwa dia baru saja mengetahui hal ini di sini, saat ini.Di rumah sakit, di saat putrinya sedang dalam dilema kematian.
Para dokter dan perawat segera keluar.Tempat tidur Mellisa didorong di bawa ke sebuah kamar VIP.  Dokter mulai berbicara pada mereka, Papi, Mami, dan Kevin.
“ putri Ibu sudah kami selamatkan nyawanya, tapi maaf, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa janinnya. Janin itu masih terlalu rapuh. Putri ibu keguguran, maaf.” Kata dokter tersebut lalu pergi meninggalkan mereka dengan perasaan mereka.
Mami mulai menangis lagi, bahkan lebih dari pada yang sebelumnya.Menangis lega karena putri tunggalnya selamat, menagis sedih karena calon cucunya meninggal, namun lalu menagis terluka karena ternyata putrinya telah hamil, hamil dengan pacarnya yang ternyata saudaranya dan bahkan di luar ikatan pernikahan. Papi hanya terdiam. Merutuki dirinya atas segala hal yang telah terjadi. Menajalani dua rumah tangga. Selalu bertengkar dengan Mami. Tidak memperhatikan kedua anaknya dan sekarang mereka berpacaran, bahkan putrinya hamil dari putranya.
Kevin terdiam. Meresapi segala rasa sakit yang datang padanya. Rasa sakit Karena ayah yang Ia banggakan telah bertindak tidak jujur dan setia. Rasa sakit karena bahkan Maminya Mellisa berubah menjadi sangat membencinya.Rasa sakit karena janin yang dikandung Mellisa harus mati. Pikiran Kevin tiba-tiba melayang, teringat pertanyaan Mellisa sebelum mereka berpacaran.. “ mm… lo pernah tahu nggak kalo ada yang bilang kita itu mirip?” dan dengan bodohnya dia menjawab “ gue tahu, koq. Dan katanya kode alam. Jodoh.” “ gue tahu, koq. Dan katanya kode alam. Jodoh.”. sekarang Kevin menggerti. Mereka bbukan jodoh tapi saudara. Dan kevin memaksa menerima rasa sakit karena tidak bisa bersatu dengan Mellisa dalam ikatan perkawinan karena mereka adalah saudara se-ayah.

*          *          *
Satu minggu sudah sejak kecelakaan itu Dara sudah kembali sehat. Dan sudah satu minggu Kevin tidak bertemu dengan Mellisa.Walau dirasa tak layak, namun Kevin tak dapat berbohong bahwa dia benar-benar merindukan Mellisa. Dengan tekad bulat, Kevin memberanikan diri ke rumah sakit mengunjungi Mellisa.
Ruangan tempat Mellisa dirawat terlihat ramai. Sebagian besar keluarganya, dan Dara. Kevin masuk perlahan namun cepat terlihat oleh Mami.
“ mau apa kamu?” tanya Mami dingin.
“ kalau tante mengizinkan, saya hanya ingin menemui Mellisa satu kali saja.”jawab Kevin tenang. Mami lalu menggizinkan walau sebenarnya tidak tega atas apa yang menimpa mereka.
Kevin maju mendekati Mellisa, gadis itu menatapnya sebentar lalu tesenyum manis.
“ hai, Mell.” Sapa Kevin.
“ hai. Kamu siapa?” jawab Mellisa sambil tersenyum manis.
“ ini gue, Mell. Kevin.” Jawab Kevin bingung.
“ mm.. kevin ? who’s kevin?” tanya Mellisa santai. “ i’m so sorry. Doctor said that after the accident i got amnesia so i can’t remeber anything, that’s why my family here to bring back my memory. So if you want to help me get back my memory, you can tell me what happened to us.” Jelas Mellisa lalu tersenyum manis. Kevin terdiam. Ia ttersenyum lalu segera berlari keluar meninggalkan mereka.
what happen ? did i say something wrong?” tanya Mellisa bingung.
nothing honey. Nothing happened. He just little bit confuse i guess” jawab Mami manis.

Pernyataan Mellisa membuat Kevin serasa dijatuhkan ke tanah dari gedung 5 lantai. Dara kemudian langsung mengikuti Kevin ke luar. Dara juga tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa memeluk Kevin dan membiarkan pemuda itu tenang sejenak.
 “ Kevin, tolong jangan ganggu Mellisa lagi.” Kata Mami yangg juga sudah berada di luar. “saya juga sudah meminta Dara untuk tidak mengungkit tentang kamu di depan Mellisa. Saya harapkamu tidak usah lagi bertemu dengan Mellisa walaupun ketika Mellisa sudah bisa mengingat kembali semuanya. Saya hanya ingin putri saya bahagia.” Tambah Mami lagi lalu kembali masuk.
*          *          *
Setelah kondisi Mellisa cukup kuat , gadis itu ikut bersama Maminya dan keluarganya kembali ke Perancis. Papi atau Ayah, terlunta-lunta sendirian di Jakarta, diceraikan dan tidak diterima oleh Bunda Kevin maupun Mami Mellisa. Dan Kevin, pulang kembali ke Surabaya, bersama Bundanya menyimpan seluruh kenangan yang tak akan mungkin bisa di buka dan diingat.

                                                                SEKIAN





Vocabulary : ( French )
1.       Bonjour, madame                           : hai, nyonya.
2.       Bonjour, mademoiselle                    : hai, nona.
3.       Bien sûr, mademoiselle                    : tentu saja, nona.
4.       Et pourquoipas ?                             : dan kenapa tidak ?
5.       Quoi ?                                             : apa ?
6.       Pardon.                                           : maaf.
7.       Définitivement                                 : jelas.
8.       Avec plaisir                                     : dengan senang hati.
9.       Merci beausoup                              : terimakasih banyak.

10.   Je vous en prie                                : sama-sama.