Mellisa… entah sejak kapan nama itu mulai memenuhi pikirannya. namun, setiap kali nama itu teringat dan terucap, ada
rasa bahagia, rindu, sedih, sakit, dan sesak yang menyesapi segala ruang otak,
hati, hingga ke dalam tulangnya. Jika diingat lagi,
perkenalan pertama mereka biasa saja normal layaknya semua anggota klub fotografi berkenalan. Berjabat tangan dan mengucapkan nama masing-masing.
Mungkin diberi sedikit senyuman di sana, entah itu adalah senyum manis atau senyum lainnya.
Mereka berkenalan untuk memulai kerja sama sebagai suatu kelompok dalam acara penerimaan anggota baru. Tanpa adanya prasangka,
mereka mampu membuat kelompok mereka menjadi 1 di antara yang terbaik. Dan berselang 1 bulan kemudian, antara dirinya – Kevin – dan Mellisa, tidak terjadi apa-apa lagi. Tidak saling menyapa,
berbicara, ataupun saling memandang.
Hari
demi hari kian berlalu memuat nuansa yang baru. Cerita dan canda mulai berderai bagai hujan di bulan desember, mengalir tanpa henti. Dan kemudian angin musim semi mulai membawa kuncup-kuncup baru. Belum bisa dipastikan apa
yang terjadi pada Kevin dan Mellisa, tapi keduanya sama-sama menikmati apapun itu yang terjadi antara mereka.
* * *
Kevin yang terhuyung-huyung masuk ke dalam ruang klub fotografi dan langsung jatuh terduduk
di sofa. Dara, gadis tomboy dengan rambut berpotongan laki-laki, salah satu anggota klub yang sedangduduk di meja tepat di hadapan pemuda itu menatapnya heran.
“kenape lo? Lebay banget masuknya!
So dramatic!” komentar Dara sinis.
“capek gue! Praktikum komputer mulai jam 10 dan ini baru selesai. Puas nggak tuh
?!” jawab Kevin tak kalah sinis.
“ hah! Kasian banget lo, ya! Mending gue, dong! Hari ini Free nggak ada kuliah. Jadi, dari pagi tadi gue di sini deh, ngedit foto-foto hasil hunting kemaren.” Jelas Dara bangga lalu tertawa bahagia. Kevin hanya mendengarkan sambil memberikan seulas senyum. Enak banget hidup dia.. komentar Kevin dalam hati. Matanya mulai terpejam mencoba meredakan lelah tubuhnya.
Tak lama setelah kedatangan Kevin, seorang lainnya kemudian masuk.
“
hi, Dara! Gimana ngeditnya
?” sapanya riang.
“
hi, Mell! Seru dong! Lucu liat foto-foto kemaren.” Jawab Dara tak kalah riang.
“
lho? Ada Kevin juga? Hi, Kevin! Koq kusut gitu ? kayak kembalian angkot,
aje!” sapa Mellisa lalu terkekeh.
Kevin
membuka matanya lalu tersenyum memandang Mellisa yang saat itu terlihat segar dengan kemeja hijau
pastel yang lengannya dilipat hingga siku dan dipadukan dengan rok lipit selutut berwarna orange dengan motif garis-garis kuning. Rambut panjangnya dikuncir kuda dan memakai sneaker-heel putih.
Emm…
jadi pengen es jeruk, nih. Eh! Jus alpukat juga enak kayaknya. Batin Kevin lalu tersenyum. Rasa lelahnya jadi hilang hanya dengan melihat gadis
yang satu ini tanpa harus lama-lama berbaring memonopoli satu-satunya
sofa di ruangan itu.
“
abis praktikum komputer tadi, mulai jam 10.” Jawab Kevin
akhirnya.
“
halah! Gitu aje kusut.Gue nih!
Kuliah mulai jam 8 tadi. Terus dilanjutin ngerjain tugas yang
dead linenya besok sama temen-temen gue tadi. Biasa aje gue!”
jawab Mellisa berlagak sombong sambil meletakkan tasnya dan langsung menghadap ke kipas angin di meja.
Maklum,
ruang klub ekstrakurikuler
di kampus nggak harus pake
AC. MAHALL !!
Mellisa lalu menengok jam tangannya. Pukul 12.30 siang. mm.. pantes aje panas gini! Gerutunya dalam hati.
“Ra,
shalat kagak lo
?”Tanya Mellisa tiba-tiba.
“
kagak! Palang merah gue.”Jawab Dara dari balik laptopnya.
“
bagus! Ayok makan! Laper gue.Tadi juga nggak sarapan.”Ajak Mellisa bersemangat.
“
wuih! Tumben nggak sarapan.” Komentar Kevin tiba-tiba.
“
nggak tau tuh, Mami. Hari ini nggak ngerti ngambek kenape. Nggak bikinin sarapan, nggak bangunin gue. Untung aje nggak telat
tadi!” jawab Mellisa ketus.
“
apa jangan-jangan Mami ngambek gara-gara Papi dinas ke
Surabaya? Halah! Mami!!” lanjut Mellisa lagi ditambah gerutuan tak jelas.
“
mmhh !! udah!! Malah nyalahin mami!
Ayok deh, makan!” kata Kevin yang sudah bangkit berdiri. Ketiganya segera keluar, mengunci pintu dan menuju
target utama : kantin kampus.
* * *
Masing-masing pesanan sudah ada di
depan mata. Aromanya mulai merangsang Mellisa yang lebih dulu mencicipi makanannya.
“
ahh!! Mie ayamnya Mang Jajang emang
paling juara deh kalo lagi
laper! Apa lagi kalo pedes! Beh !!” komentar Mellisa yang spontan membuat Dara dan Kevin bergerak menyentuh makanan mereka sambil tersenyum lucu.
Sebagian besar teman-teman Mellisa pasti akan tertawa saat melihat gadis itu makan, seperti ada yang salah dengannya. Hannah Mellisa Vostock, memiliki rambut coklat
yang alami. Matanya berwarna abu-abucerah. Kulitnya putih,
tubuhnya pun tinggi.
Yang
membuat teman-temannya merasa lucu adalah Mellisa seorang gadis keturunan Perancis,
Canada yang lahir dan besar di Jakarta, dan sangat mencintai makanan Indonesia no matter what.
Jarang sekali melihat Mellisa menikmati Hamburger atau Pizza. Dia akan lebih menikmati jika disodori gado-gado atau
sate.
Mellisa memang bisa berbahasa Perancis dan Inggris dengan baik, atau sesekali terlihat sedang minum Whiskey,
wine, atau vodka. Tapi Dia mencintai Indonesia lebih dari apapun.
Dan jika ditanyai alasannya mengapa, maka akan dijawab dengan santai, “ simple! My father is Indonesian,
and I was born and raised in Indonesia. So what ?!”
“
mell, tumben banget mami marah soal gituan?
Bukannya pas lo mulai kuliah udah nggak lagi ya?” Tanya
Dara penasaran.
“
mmhh? Maksudnya apaan,
tuh? Nggak paham gue.” Tanya
Kevin bingung menaggapi Dara.
“
jadi gini, Vin. Pas kita SMA dulu, pernah sih beberapa kali mami sama papi Mellisa ribut. Yaitu, tuh!
Gara-gara papinya sering dinas keluar kota.
Kadang seminggu, kadang 2 minggu. Terus, mulai tahun lalu, Mellisa mulai kuliah, udah nggak gitu lagi, kabarnya. Makanya heran aja gue, kali ini malah kejadian
lagi .” Jelas Dara yang tahu betul hal itu, karena dirinya dan Mellisa adalah teman
sebangku sejak SMP dan Mellisa mengangguk-angguk membenarkan.
" trus, lo nggak apa-apa Mell, selama papi-mami lo
kayak gitu?"tanya Kevin takjub.
" biasa aje, gue! mereka marah-marahan kayak anak
kecil, tauk! lucu, aje. kayak lihat comedy-romanticnya
luar negeri. sebentar-sebentar sayang-sayangan. sebentar-sebentar
marah-marahan. entar tiba-tiba papi ngajak dinner,
trus mereka mesra banget jadinya. halah! bosan gue! udah epidode berapa ratus,
coba ?! malas gue yang mo terus-terusan mantengin mereka." jawab Mellisa
santai tanpa meninggalkan mie ayamnya.
Kevin begitu takjub melihat reaksi Mellisa yang terlalu
santai untuk hal semacam itu. kevin jadi bingung untuk memutuskan apakah itu
masuk dalam kategori Broken Home atau
bukan. Ya ampun! jahat banget gue mikirin
hal jelek kayak gituan! Kevin tersadar lalu memukul kepalanya sendiri.
Dara yang menangkap hal itu langsung tertawa.
" kenape lo, Vin? Kepala sendiri lo jotosin!
Kepedasan? Noh! Pesen lagi es jeruknya!" tegur Dara geli.
" mm... Mell, sorry
nih. Trus, lo nggak kenapa-napa soal hal itu?" tanya Kevin hati-hati.
"nggak kenapa-napa, apaan maksud lo?" tanya
Mellisa bingung.
" yah, lo tau kan, kalo orang tua ribut kan,
biasanya berpengaruh pada psikologis anak. " jelas Kevin hati-hati hingga
suaranya nyaris tak terdengar.
Mendengar penjelasan Kevin Mellisa lantas tertawa.
" oohh !! jadi lo mikirnya jadi kayak broken home gitu?" kata Mellisa
kencang membuat mata Kevin membelalak terkejut dan Dara hanya tertawa
melihatnya.
Sial!
Kebaca! Salah deh, gue!
Rutuk Kevin.
Mellisa lalu tertawa geli.
What
the ?!Kevin heran melihat
reaksi Mellisa.
Asli
deh! Baru sekali ini gue ketemu ade cewek luar negeri sarap kayak gini! Kevin menggeleng-geleng melihat Mellisa yang masih
tertawa.
" kevin, kevin.. lo bikin gue nggak bisa berenti
ketawa aje." Kata Mellisa di sela tawanya.
" lo koq bisa sih, mikir kayak gitu? Santai aje!
Kalo gampang ngapain dibikin ribet, Vin?" lanjut Mellisa.
Gadis itu akhirnya berhenti tertawa dan menyeruput es
jeruknya sedikit.
" kan udah gue bilang, mereka tuh kayak
komedi-romantis luar negeri, Vin! Don't
take it too serious!" jelas Mellisa lagi lalu dengan tenang
melanjutkan makannya.
* * *
Mobil putih Mellisa memasuki halaman rumah. Gadis itu
segera turun, dan setelah menutup gerbang, ia bergegas masuk. Gadis itu
mendapati maminya sedang nonton tv.
" bonjour, madame1."
Sapa Mellisa.
" bonjour, mademoiselle2."
Balas maminya dengan wajah datar membuat Mellisa terganggu melihat wajah itu.
Mood ini nih yang nggak
bangunin gue dan nggak bikinin gue sarapan! Gerutu Mellisa.
" mami, ih!!mukanya koq gitu? Datar! lagi maskeran,
apa?!" tanya Mellisa gregetan sambil duduk di samping wanita itu.
" nggak. Mami lagi sebel aja sama papi kamu. Udah
janji nggak bakalan terima dinas di surabaya, ehh!! Tetap aja diterima!"
jawab mami ketus,
Okay! It's gonna be serious.
What the hell with this old people and Surabaya ? Mellisa mulai curiga. Halah! Udah deh! Kalo gue ladenin, sakit otak gue nih! Pikirnya
lagi lalu menggeleng-geleng.
" ihh!! Mami! Hari gini galau! Udah kayak anak muda
zaman sekarang yang nggak punya pulsa, aje!" omel Mellisa yang ikut-ikutan
ketus membuat maminya lalu tertawa melihat ekspresi putri tunggalnya itu. Mami
pun memeluk Mellisa.
" Hannah, My
Princess, I'm so sorry. I'm sure that my bad mood today is so bothering you."
Kata mami lalu mencium mellisa.
Gadis itu tersenyum. Ia sangat suka jika mami
memanggilnya Hannah. Itu jadi mengingatkannya pada tante kesayangannya, Tante
Hannah. Adik bungsu mami yang sudah meninggal 2 tahun lalu.
" of course
it's so much bothering me! You didn't wake me up! You didn't make me breakfast!"
jawab Mellisa bergaya kesal.
" oh.. I'm so
sorry, pumpkin. So what do you want for lunch?" tanya mami manis dan
'sok' bersemangat.
" forget it! I
didn't late, and I already lunch!" jawab Mellisa bergaya ketus membuat
mami terdiam. Jelas ada rasa sesal menyesap di hati mami. Gara-gara rasa kesal
terhadap suami tercinta malah membuatnya melupakan kewajibannya terhadap
putrinya.
Mellisa terharu melihat wajah mami. Gadis itu lalu tersenyum
dan balik memeluk mami.
" but i want
you to make something for our special dinner." Kata Mellisa manis
membuat maminya tersenyum dalam haru.
" kalo gitu, cepetan ganti baju, cepetan mandi, udah
asem banget tuh! Trus, kita bikin sama-sama apapun yang mau kamu makan."
Kata mami dengan semangat yang seketika itu juga menulari Mellisa. Gadis itu
segera berlari ke kamar melakukan segala titah maminya.
* * *
Angin segar di puncak membelai pipi Mellisa begitu gadis
itu keluar dari mobilnya diikuti Dara. Mereka kemudian mulai membawa serta
kamera mereka. Hari minggu ini, setelah semalam papi pulang dan misa pagi
bersama tadi, Mellisa mempunyai agenda untuk foto-foto di kebun teh dan mungkin
kebun strawberry. Namun, Mellisa dan Dara tidak sendirian. Mereka datang
bersama 3 mobil lainnya. Kevin, bersama Ryan dan Tyo. Ada Rini, ketua klub
fotografi bersama pacarnya, Reinald yang juga anggota klub. Dan Roy bersama
adiknya Ria dan sepupu mereka Andrea. Semuanya berjumlah 10 orang dan kini
mereka mulai berpencar mencari spot yang pas untuk berfoto ria.
Rini dan Reinald terlihat sibuk berduaan, mulai
memanfaatkan kesempatan. Ria dan sepupunya Andrea mulai sibuk memotret diri
masing-masing dengan sesekali dibantu oleh kakaknya, Roy. Ada Dara, Mellisa,
Kevin, Ryan, dan Tyo yang mulai sibuk memotret pemandangan kebun teh.
Dara dan Mellisa yang sedang berkonsentrasi memotret
tiba-tiba memperhatikan percakapan Ryan dan Tyo yang tak begitu jauh dari
mereka.
" abis ini makan dimana kita, nih?" tanya Ryan
tiba-tiba.
" halah! Otak lo, tuh isinya makaaann, mulu!"
cibir Tyo.
" eh, tapi jangan salah! Walaupun gue banyak makan,
tetep ada sixpacknya, kale!"
kata Ryan bangga sambil mengangkat kaosnya dan memamerkan sixpacknya hingga membuat Ria dan Andrea melongo sesaat.
" emang lo? Makan nggak makan tetep aja onepack!" lanjut Ryan sambil
memperagakan gaya ibu hamil lalu tertawa melihat Tyo yang membelalakan mata
padanya.
Dara dan Mellisa berpandangan sebentar lalu akhirnya ikut
tertawa memperhatikan tingkah teman-teman mereka. Dan kevin, dengan senang hati
menikmati pemandangan itu. Bukan pemandangan asrinya kebun teh, melainkan
Mellisa yang sedang tertawa. Tawa itu selalu mampu membuatnya hilang kesadaran.
Kevin dapat melupakan segala hal dihadapannya jika sudah mulai berhadapandengan
Mellisa.
Tidak seperti pemuda lainnya yang suka menggoda atau
terang-terangan memuji kecantikan Mellisa yang sering dianggap gombal oleh gadis itu, Kevin lebih memilih diam tanpa
komentar dan hanya bisa memandangi Mellisa. Jangankan duduk di dekat Mellisa,
hanya menangkap sekelebat sosok gadis itu saja sudah menjadi sebuah pembangkit
listrik dalam dirinya.
" woi!!" teriak roy tiba-tiba membuyarkan
lamunan Kevin.
" ngelamun aje, lo! Kesambet nanti!" lanjut Roy lagi sambil mulai memotret di samping Kevin.
" apaan sih, lo? Ganggu ketenangan, tau nggak?"
kata Kevin kesal.
Roy tersenyum simpul sesaat lalu menatap temannya itu
dengan serius.
" vin, sebagai teman yang baik, gue saranin lo buat
jujur sama dia." Kata Roy seketika membuat Kevin segera berbalik padanya.
" lo nggak bisa terus-terusan ngeliatin dia dari
jauh dan nipu diri sendiri kalo mau sama dia."lanjut Roy lagi.
" menurut lo gitu?" tanya kevin serius.
" kalaupun nanti dia nolak lo dengan alasan macem-macem yang gue yakin nggak bakal kejadian, at least lo udah usaha, men.Dan yang
penting biar dia tau kalo lo sayang sama dia. Perasaan orang siapa yang tau?!"
Jelas Roy serius. Kevin terdiam, berpikir.
" ini cuma saran dari gue. Bisa lo terima, bisa
kagak. Tapi, kalo udah jadian, jangan lupa traktirannya." Kata Roy lagi
lalu pergi menemui 2 adiknya, Duo Rempong - Ria dan Andrea.
* * *
Tak
disangka matahari yang mulai semakin terik sama sekali tidak mengganggu Rini
dan Reinald yang sedang bermesraan, juga Ria dan Andrea yang semakin gencar
melakukan foto selfie.Mellisa dan Dara
yang sudah tak tahan segera bergegas menuju mobil dengan membawa semua
peralatan memotret mereka.
"
pada udahan, nih?" tanya Ryan bingung.
"
enggak sih. Kita cuma mo istirahat aja, nggak tahan sama mataharinya. Kalo
lo-lo pada masih mo lanjut, ya silahkan. Kita tungguin, koq." Jawab Dara
santai.
Tiba-tiba
Kevin sudah berdehem di samping mereka.
Dan ketika kedua gadis itu berbalik padanya, Kevin hanya bisa tersenyum manis
sambil menggaruk kepalanya.
"
Mellisanya boleh gue pinjem bentar, nggak?" tanya Kevin manis. Dara dan
Mellisa saling berpandangan.
"
mo ngapain?" tanya Mellisa sok jutek.
"
lama nggak ?" sambung Dara.
"
emang mo ke mana?" lanjut Mellisa lagi.
"
penting banget, apa?!" lanjut Dara lagi.
"guys!
satu-satu, dong!" kata Kevin tegas membuat kedua gadis itu seketika
terdiam kemudian tertawa.
"pliss...
gue boleh pinjam Mellisanya, ya.. bentar aja, koq." Kata kevin lagi.
"
boleh. Asal, nggak lecet aje pas dikembaliin nanti. Merusak artinya
membeli!" jawab Mellisa asal.
"
dan ingat, bayarannya lima ribu rupiah per menit!" lanjut Dara lagi. Kevin
tertawa mendengar jawaban kedua gadis itu lalu membawa Mellisa pergi.
Dara hanya tersenyum melihat itu,
dan tak jauh darinya ada Roy yang juga tersenyum senang. Kevin dan Mellisa mulai
menyusuri jalan setapak di sepanjang perkebunan teh itu. Entah kebun itu milik
siapa, mereka tak tahu dan bahkan tak perduli. Keduanya sama-sama terdiam,
tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Tenang
Kevin..tenang… control.. Kevin terus-menerus menenangkan
diri selagi berjalan di samping Mellisa.
Okay,
I don’t know what he going to do with me. But I swear if that is something
violent, then I can’t guarantee that he can keep stand on his own feet like
now!
Batin Mellisa yang mulai menerka-nerka apa yang akan mereka lakukan.
Keduanya kemudian sampai di bawah
sebuah pohon rindang. Dari tempat itu, mereka bias melihat keseluruhan
pemandangan keut the, termasuk teman-teman mereka yang sedang berakting menjadi
spion terhadap mereka.
“ okay, what is happening that I don’t understand?” Tanya Mellisa to the point.
Kevin
menatapnya dalam-dalam lalu menggenggam kedua tangannya. Kehangatan tubuh
Mellisa bukannya bias menenangkan Kevin, malah sebaliknya membuat Kevin semakin
ingin melarikan diri dari gadis itu.
“ what’s wrong? What? You shaking?” Tanya Mellisa bingung lalu
tertawa.
“sorry.”
Kata Mellisa lagi.
“
no, no. keep going! Your laugh make me
more relax, actually.” Kata kevin cepat membuat Mellisa terheran-heran.
“
okay, seriously! What is this?” Tanya
Mellisa tak sabar.
“
well, kita udah temenan hampir setahun..” kata Kevin akhirnya.
“
ya, ¾ tahun, lebih tepatnya.” Sambung Mellisa lalu tertawa dengan hasil
kalkulasinya sendiri.
“
oke, whatever! Gue, pengen kita jadi
lebih dari temen bahkan lebih dari sahabat. Gue pengen bisa terus ada di deket lo. Gue pengen terus
ngelindungin lo. Gue pengen jadi orang yang paling ngerti lo. Dan gue pengen
jadi orang yang special buat lo. Gue pengen..jadi pacar lo.” Kevin yang susah
payah akhirnya berhasil mengatakan apa yang selama ini bersarang di dalam hati
dan pikirannya. Semua pengakuan itu malah membuat Mellisa terdiam. Gadis itu
terdiam, kehilangan kata-kata. Dia terharu.
“
mm… lo pernah tahu nggak kalo ada yang bilang kita itu mirip?” Tanya Mellisa
begitu Ia dapat berkata-kata.
“
gue tahu, koq. Dan katanya kode alam. Jodoh.” Jawab Kevin yang mulai tenang.
Mellisa menatap pemuda dihadapannya itu lekat-lekat, seperti mencari sesuatu di
sana namun tak pasti apa yang dicarinya. Ketulusankah ? Cintakah? Kejujurankah
?keduanya terdiam.
“
so, lo mau nggak kalo gue jadi pacar
lo?” Tanya Kevin akhirnya.
Deg! That’s it!
Entah mengapa keduanya sama-sama merasakan rasa lega dan bahagia mendengar
pertanyaan itu, walaupun belum ada jawaban yang terlontar.
“lo
ingat nggak dulu pas kita pertama kenalan?” Tanya Mellisa tiba-tiba.
“
kita ini orang modern. Masa lalu itu untuk disimpan bukan untuk dibahas.” Jawab
Kevin tenang.
“ well, actually masa lalu
perlu disimpan, diingat, dan dibahas ketika masa lalu itu adalah sebuah
kenangan indah.” Sambung Mellisa tak kalah tenang.
“
gue ingat. Perkenalan kita, perkenalan biasa…” kalimat Kevin menggantung.
“
perkenalannya biasa, hal selanjutnya yang luar biasa.” Sambung Mellisa.
“
perkenalannya biasa, senyuman lo yang bikin hal selanjutnya jadi luar biasa.”
Lanjut kevin akhirnya.
“
jelaskan maksudnya ‘luar biasa’!” kata Mellisa lalu keduanya terdiam.
Suasana
jadi terasa begitu sunyi hingga mereka bisa mendengar suara angin yang bertiup.
Suara percakapan para pemetik teh segera berhasil membuat mereka seakan kembali
dari dimensi yang berbeda dan menyadari bahwa mereka masih berpijak di bumi dan
masih berada di kebun teh di puncak.
“
so you want to be my lover, huh?”
Tanya Mellisa akhirnya.
“
bien
sûr, mademoiselle3.” Jawab Kevin
bergaya bahasa Perancis.
“
et
pourquoi pas4?” Tanya Mellisa
santai.
“
quoi5?
Pardon6?”
Tanya Kevin yang terkejut dengan pertanyaan Mellisa barusan.
“
I said, why not? I’m too, want to be your
lover if you don’t mind.” kata Mellisa lalu tersenyum manis. Kevin
kehilangan kata sesaat lalu tersenyum manis.
“
définitivement7!
Avec plaisir8!
Merci beaucoup9!”
jawab Kevin senang.
“
je vous en prie10”
kata Mellisa manis. Dan kembali, Kevin salah tingkah setelah menyelesaikan
misinya.
“
so, we are going back now? As a couple?“Tanya
Kevin salah tingkah acute.
“
of course! We have strawberry garden
waiting.” Jawab Mellisa yang lucu melihat tingkah Kevin, pacar barunya itu.
Gadis itu segera menggandeng tangan Kevin dan berjalan kembali pada
teman-temannya tanpa memperdulikan Kevin yang mulai berubah merah, semerah Mr. Crab dalam serial Spongebob Squarepants.
* * *
Mami mengetuk pintu kamar Mellisa sambil memanggil
namanya menyuruhnya bangun, lalu segera ke dapur membuatkan sarapan. Mellisa
yang telah selesai bersiap segera berlari-lari menuju meja makan.
“ jangan lari-lari dong! Nanti jatuh! “ tegur Mami yang
tidak dihiraukan Mellisa. Ia segera duduk dan menyantap roti lapisnya.
“ tumben telponan sama Dara sampai malam.” Kata Mami
tiba-tiba.
“ oh.. itubukan Dara, Mi.” Jawab Mellisa santai.
“ bukan Dara? Trus siapa? Koq sampai malam begitu
telponnya.” Tanya Mami penasaran.
“ that’s my new
lover. He’s so nice. I’ll bring him home later.” Jawab Mellisa lalu
menyeruput susunya yang telah hangat. Mami menatapnya menyelidik membuat
Mellisa terganggu.
“ don’t worry, Mi.
He’s chatolic, also. Rome Chatolic. I know what you mean with that curious
look.” Kata Mellisa sewot membuat Mami tertawa kecil.
“ i know my little
princess will never let me down.” Kata Mami santai.
“ but don’t forget
___”
“ be carefull. I
know.” Lanjut Mellisa yang sudah tahu apa yang akan dikatakan Maminya.
Menurutnya semua Mami pasti akan mengatakan hal yang sama.
“ i gotta go. I
Love You.” Kata Mellisa yang telah menghabiskan sarapannya. Ia lalu mencium
Maminya dan bergegas ke kampus, sebelum alasan klise seperti macetnya jakarta
menimpanya hari ini. Mellisa hanya tersenyum mengingat Kevin yang ternyata bisa
menjadi sosok yang romantis.
* * *
Sudah berjalan 2 bulan Kevin dan Mellisa berpacaran. Tak ada masalah yang
terjadi, bahkan mereka terlihat semakin membuat iri pasangan-pasangan lain. Dan
hari ini terjadi lagi hal yang sama, hari sabtu, hari libur, tapi Papi harus
dinas ke Singapur dan baru kembali 2 hari lagi. Mami yang sedang bad mood sdang dihibur Mellisa dengan
mendatangkan Kevin, dan membuat mereka kini sibuk menyiapkan hidangan untuk
pacar Mellisa itu.
Ting tong! Ting tong! Bel rumah yang tiba-tiba berbunyi membuat Mami dan
Mellisa terperanjat.
“ biar Mellisa aja, Mi.” Katanya
lalu segera membuka celemek dan menuju pintu. Begitu pintu dibuka, sosok tampan
Kevin langsung betengger di hadapannya.
“ hey, pretty boy. Got a wrong adress?”
goda Mellisa lalu keduanya pun cipika-cipiki.
“ sweetie, you smell like chocolate.
New parfume?” tanya Kevin sambil terus mengendus-endus Mellisa dan membuat
gadis itu tertawa.
“ no, it’s not. Gue sama Mami
lagi bikin Chocolate Ice Cream.”
Jawab Mellisa bangga.
“ ayo masuk! Jangan lupa, Mami lagi bad
mood. Jadi nggak usah mancing-mancing emosi.” Bisik Mellisa sambil menarik
Kevin masuk lalu menutup pintu.
Keduanya segera menuju dapur dimana Mami sedang sibuk dengan hidangan makan
siang mereka.
“ mi, ini pacar Mellisa.” Kata Mellisa begitu sampai dihadapan Mami.
“ halo, tante.” Sapa Kevin ramah. “ Kevin, tante.” Kata Kevin lagi. Mami memandangnya lalu tersenyum manis dan mengangguk, kemudian kembali
pada kesibukkannya. Mellisa segera menarik Kevin duduk dan Ia sendiri kembali
membantu Mami.
Jelas sekali jurus
“makan siang bersama Kevin” dari Mellisa berhasil.Mami terlihat sangat menikmati
dan juga menyukai Kevin.
“jadi, Kevin di Jakarta
tinggal sama siapa?” tanya Mami ramah.
“ sendiri tante.
Awalnya ngekos, tapi sekarang udah ngontrak, rame-rame sama temen-temen.”Jawab
Kevin sopan.Mami mengangguk mengerti.
“ tante kira ada sanak
saudara di Jakarta.” Kata Mami lagi lalu beranjak mengambil es krim di kulkas.
“ harusnya sih ada ayah
di Jakarta. Tapi udah nasib sama-sama sibuk nggak bisa ketemu.” Jawab Kevin
lesu.Mami tersenyum lucu mendengarnya.
“ well, forget about
that now and just eat this delicious ice cream!” kata Mellisa yang jelas
tak sabar melihat es krim cokelat yang sudah bertenggert di hadapannya.
* * *
Keadaan berjalan normal untuk segala hal.Klub
fotografi semakin sibuk, mami yang tetap selalu ngambek saat papi tidak bekerja
di Jakarta, dan hubungan Kevin – Mellisa yang terlihat terlalu baik - baik
saja.
Kevin yang sedang sibuk mengerjakan tugas tiba-tiba
terperanjat akibat bunyi ponselnya yang memecah keheningan kamarnya di tengah
malam.
“ halosayang.” Jawab Kevin setelah melihat nama
Mellisa di display. Namun, sang penelepon dari seberang tak ada jawaban.
“ halo, Mell.. kenapa?” tanya Kevin lagi. Masih tak
ada jawaban, namun tiba-tiba terdengar suara pelan yang bebisik.
“ kevin…”
“iya Mell. Kenapa sayang?” tanya Kevin tenang.
“ aku.. aku telat.” Jawab Mellisa pelan.
“ telat ? telat apa sayang? Kamu ngigo?” tanya Kevin
bingung.
“ aku nggak ngigo, Kevin! Aku sadar, koq.Aku… aku
telat!”jawab Mellisa tak sabar.
” telat apa? Telat ngumpulin tugas?Kamu kenapa, sayang?Aku
nggak ngerti.”Kavin jadi ikut tak sabar mendengar jawaban Mellisa yang tidak
langsung pada intinya.
Mellisa di seberang justru menjadi bingung.Apakah
harus merasa senang? Atau harus merasa sedih ?Mellisa sadar dia telah berdosa,
namun tidak menyesalinya selama itu terjadi saat Kevin yang menjadi pacarnya.
Gadis itu lalu menarik napasnya dalam-dalam dan membulatkan tekad untuk
memberitahu Kevin tentang apa yang tengah dialaminya tengah malam begini.
“ Kevin..” panggil Mellisa pelan.
“ iya, Mell ?”
“ kamu nggak boleh kaget lho, ya!” kata Mellisa
tenang.
“ oke, aku nggak bakalan kaget. Tapi apa? Kenapa?”
tanya Kevin yang malah semakin penasaran dengan tingkah pacarnya di tengah
malam.
“ aku telat datang bulan, Vin..” kata Mellisa pelan.
“ okay. So? Apa itu penyakit ?apa kita butuh
ke dokter besok ?or what ?” kata Kevin yang cukup lega mendengar jawaban
Mellisa barusan, yang ternyata telat datang bulan. Well, Kevin sudah
sering mendengar tentang kesulitan datang bulan. Telat datang bulan, nyeri saat
datang bulan, tentu yang dipikirkannya
adalah membawa Mellisa ke dokter.
“ no, of course not! Apparently, I’m pregnant,
and I’m sure that this is yours.” Jawab Mellisa sambil menutup matanya, dan
menahan napas agar lebih tenang.
Kevin di seberang seakan baru saja ditodongi pistol
tepat di depan wajahnya, Ia tidak tahu harus apa. Ia kehilangan akal untuk
sesaat setelah mendengar perkataan Mellisa. Pregnant ?oh my gosh! Hal
itu seperti baru saja menyetrumnya dan jelas akan membuatnya tidak bisa tidur
untuk beberapa malam kedepan. Ada rasa penyesalan karena telah berdosa,
melanggar perintah Tuhan : Jangan Berzinah ! namun otaknya mulai berdalih bahwa
mereka sepasang kekasih yang melakukannya atas dasar cinta. Ada rasa bersalah
karena hal itu terjadi di luar ikatan pernikahan, namun otaknya kembali
berdalih bahwa Ia sudah pasti tanggung jawab dan menikahi Mellisa.
Ada rasa senang dan haru yang menyesap, karena itu
terjadi saat Mellisa yang menjadi kekasihnya, bukan salah satu gadis bodoh yang
sering Ia tertawakan. Namun kemudian ada rasa khawatir yang ikut menghujamnya.
Apakah Mellisa senang ?atau malah bersedih ? apa yang Mellisa rasakan ?
“ halo, sayang.. still there ?” tanya Kevin
tiba-tiba.
“ iya. Gimana?”
“ gimana apanya?” Kevin malah balik bertanya.
“ your feeling ? what are we gonna do?” tanya
Mellisa yang tetap menahan dirinya untuk tidak menjerit sekeras-kerasnya dan
berlarian seperti orang gila.
“ well, sebenarnya aku senang. Kamu?” jawab Kevin
tenang sambil tersenyum.
Mendengar jawaban Kevin sama seperti baru saja
menemukan kembali anak anjing yang sepmat hilang, Lega!
“thanks. Aku juga.So, what we gonna do
next?” tanya Mellisa ragu.
“ aku ngelanjutin ngerjain tugas, kamu tidur, besok
kuliah, dan kita akan kasi tahu orang tua kita pas kita udah nggak sibuk. Okay,
sweetheart ?”jawab Kevin tenang yang jelas membuat Mellisa ikut tenang.
* * *
Seminggu telah berlalu dan juga kompetisi fotografi
yang diselenggarakan oleh Mellisa dan teman-temannya.Sebagai bentuk rasa
syukur, klub fotografi memilih jalan-jalan keliling Jakarta sambil mengambil
foto sesuka hati, bersenang-senang, dan tentunya makan-makan.
Suara Maudy Ayunda mangalun pelan dari mp3 player
mobil Kevin.Mellisa yang duduk di sampingnya sibuk mengutak-atik kamera melihat
hasil jepretannya.Sedang Dara yang ikut bersama mereka, sedang bermesraan
dengan kekasihnya Dony, salah satu panitia kompetisi fotografi di kursi
belakang.
“ jadi, kapan kita bakal bilang?” tanya Mellisa
tiba-tiba.
“ ehem! Bilang apa nih?! Rahasiaan lo berdua?” goda
Dara.
“ ada deh! Mo tau aje lo!” jawab Mellisa usil.
“ rahasia perusahaan.” Tambah Kevin. Mereka pun
kembali diam, membiarkan Maudy Ayunda kembali mengambil alih.
Tiada lagi yang mampu berdirihalangi rasaku,
cintaku padamu… Ku bahagia kau telah terlahir di duniaDan kau ada di antara
milyaran manusiaDan ku bisa dengan radarku menemukanmu…
“ mm… papi nggak keluar kota?” tanya Kevin
tiba-tiba.
“ enggak. Kata mami, 2 bulan ini jadwalnya papi
nggak keluar kota.” Jelas Mellisa.
“ oke. Berarti 2 hari lagi kita udah bisa langsung
ngadap. Tapi, istirahat dulu! Baru juga selesai bikin acara.” Kata Kevin yang
langsung disetujui Mellisa.Pemuda itu lalu mengelus kepala Mellisa dengan
lembut.
“ lo berdua ngomongin apa sih, koq sampe serius
kayak gitu?!” tanya Dara yang jadi
penasaran melihat tingkah temannya.
“ ini juga ngapain sih pake kepo? Hah ?!” tanya Dony
lalu mencubit hidung Dara membuat mereka semua tertawa. Dan kejadian
selanjutnya berubah gelap seketika!
* * *
Mobil
kevin berjalan pelan, hendak memasuki sebuah gang yang akan membawa mereka ke
sebuah tempat yang dipercaya bisa memberikan hasil foto yang bagus. Namun, dari
seberang ada sebuah truk yang dikendarai seorang pria tak berperhatian hingga
menabrak mobil mereka hingga hancur.Kaca-kaca pecah, Dara terkena serangan
panic dan segera tak sadarkan diri. Mellisa terkena benturan keras yang membuat
kepalanya berdarah, dan langsung tak sadarkan diri.Kedua pemuda itu, Kevin dan
Dony hilang akal.
Kejadian
selanjutnya adalah Dony yang sudah menemani Dara yang sedang diinfus dan Kevin
sedang menunggu Mellisa yang masih berada di UGD.Tak lama kemudian, Mami datang
dengan wajah panik.
“
Kevin, kalian kenapa?” tanya Mami to the point.
“
kami, kecelakaan tante. Mellisa, masih di dalam.” Jawab Kevin gemetar lalu
menunjuk ruang UGD.
Tak
lama setelah kedatangan Mami, Papi akhirnya sampai.Mami dan Kevin sama-sama
berdiri menyambut Papi.Kevin dan papi sama-sama terkejut saat keduanya saling
menatap.
“
dia siapa, Mi?” tanya papi kaku.
“
dia Kevin, pacarnya Mellisa.” Jawab Mami dingin.
“
ayah ? ayah ngapain disini ?” tanya kevin terbata-bata.
Mendengar
pertanyaan kevin barusan membuat Mami merasa seakan-akan baru saja disambar
petir. Mami segera berbalik menatap Kevin.
“
ayah?” tanya Mami kaku.
“
iya, tante. Ini ayah saya.” Jawab Kevin mantap.
“
maaf Kevin, mungkin kamu salah orang. Pria ini bukan ayah kamu, tapi Papinya
Mellisa.” Jelas Mami dingin. Entah apa yang telah merasukinya hingga membuat
Kevin menjadi gila. Ia lalu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mami
bahwa pria itu bukan ayahnya melainkan Papinya Mellisa, pacarnya yang sekarang
sedang berada di antara hidup dan mati di dalam ruang UDG.
“
ayah ngapain di sini? Ayah kenapa bisa kenal sama Maminya Mellisa. Ayah kenal
sama Mellisa? Kenapa ayah dipanggil papinya Mellisa? Jawab, yah! Jawab!” tanya
Kevin bertubi-tubi. Belum selesai rasa heran Kevin, sebuah tamparan bahkan
telah mendarat tepat di pipinya.
“
kevin! Berani sekali kamu meneriaki suami saya! Kamu pikir kamu siapa?” bentak
Mami di hadapan Kevin.
“
kevin, kenapa kamu pacaran sama anak ayah, Mellisa? Kalian nggak boleh pacaran,
nak! Kalian saudara seayah, kevin!” kata Papi pelan, penuh penyesalan.
“
harusnya ayah kasi tahu Kevin dari dulu. Harusnya ayah setia! Sama Bunda, atau
sama Maminya Mellisa. Harusnya ayah pilih salah satu, Yah! Salah satu!” kevin
balas membentak Ayahnya yang juga Papinya Mellisa.
“
kevin, maaf..” kata Papi pelan. Suasana jadi hening, tak karuan. Mami mulai
menangis, entah apa yang ditangisinya. Anaknya yang sedang sekarat, suaminya
yang berkhianat, anaknya yang berpacaran dengan anak suaminya, atau kenyataan
bahwa dia baru saja mengetahui hal ini di sini, saat ini.Di rumah sakit, di
saat putrinya sedang dalam dilema kematian.
Para
dokter dan perawat segera keluar.Tempat tidur Mellisa didorong di bawa ke
sebuah kamar VIP. Dokter mulai berbicara
pada mereka, Papi, Mami, dan Kevin.
“
putri Ibu sudah kami selamatkan nyawanya, tapi maaf, kami tidak bisa
menyelamatkan nyawa janinnya. Janin itu masih terlalu rapuh. Putri ibu
keguguran, maaf.” Kata dokter tersebut lalu pergi meninggalkan mereka dengan
perasaan mereka.
Mami
mulai menangis lagi, bahkan lebih dari pada yang sebelumnya.Menangis lega karena putri tunggalnya selamat,
menagis sedih karena calon cucunya meninggal, namun lalu menagis terluka karena
ternyata putrinya telah hamil, hamil dengan pacarnya yang ternyata saudaranya
dan bahkan di luar ikatan pernikahan. Papi
hanya terdiam. Merutuki dirinya
atas segala hal yang telah terjadi. Menajalani
dua rumah tangga. Selalu
bertengkar dengan Mami. Tidak
memperhatikan kedua anaknya dan
sekarang mereka berpacaran, bahkan putrinya hamil dari putranya.
Kevin
terdiam. Meresapi segala rasa sakit yang datang
padanya. Rasa sakit Karena ayah yang Ia banggakan telah bertindak tidak jujur
dan setia. Rasa sakit karena bahkan Maminya Mellisa berubah menjadi sangat
membencinya.Rasa sakit karena janin yang dikandung Mellisa harus mati. Pikiran Kevin tiba-tiba melayang, teringat pertanyaan
Mellisa sebelum mereka berpacaran.. “ mm… lo pernah tahu
nggak kalo ada yang bilang kita itu mirip?” dan dengan bodohnya dia menjawab “
gue tahu, koq. Dan katanya kode alam. Jodoh.” “ gue tahu, koq. Dan katanya kode
alam. Jodoh.”. sekarang Kevin
menggerti. Mereka bbukan jodoh tapi saudara. Dan kevin memaksa menerima rasa sakit
karena tidak bisa bersatu dengan Mellisa dalam ikatan perkawinan karena mereka
adalah saudara se-ayah.
* * *
Satu
minggu sudah sejak kecelakaan itu Dara
sudah kembali sehat. Dan
sudah satu minggu Kevin
tidak bertemu dengan Mellisa.Walau dirasa tak layak, namun Kevin tak dapat
berbohong bahwa dia benar-benar merindukan Mellisa. Dengan tekad bulat, Kevin memberanikan
diri ke rumah sakit mengunjungi Mellisa.
Ruangan
tempat Mellisa dirawat terlihat ramai. Sebagian
besar keluarganya, dan Dara. Kevin
masuk perlahan namun cepat terlihat oleh Mami.
“
mau apa kamu?” tanya Mami dingin.
“
kalau tante mengizinkan, saya hanya ingin menemui Mellisa satu kali saja.”jawab
Kevin tenang. Mami lalu menggizinkan
walau sebenarnya tidak tega atas apa yang menimpa mereka.
Kevin
maju mendekati Mellisa, gadis itu menatapnya
sebentar lalu tesenyum manis.
“
hai, Mell.” Sapa Kevin.
“
hai. Kamu siapa?” jawab Mellisa sambil
tersenyum manis.
“ ini gue, Mell. Kevin.” Jawab Kevin bingung.
“ mm.. kevin ? who’s
kevin?” tanya Mellisa santai. “ i’m
so sorry. Doctor said that after the accident i got amnesia so i can’t remeber
anything, that’s why my family here to bring back my memory. So if you want to
help me get back my memory, you can tell me what happened to us.” Jelas
Mellisa lalu tersenyum manis. Kevin terdiam. Ia ttersenyum lalu segera berlari
keluar meninggalkan mereka.
“ what happen ? did
i say something wrong?” tanya Mellisa bingung.
“ nothing honey.
Nothing happened. He just little bit confuse i guess” jawab Mami manis.
Pernyataan Mellisa membuat Kevin serasa
dijatuhkan ke tanah dari gedung 5 lantai. Dara
kemudian langsung mengikuti
Kevin ke luar. Dara juga tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa
memeluk Kevin dan membiarkan pemuda itu tenang sejenak.
“ Kevin, tolong jangan
ganggu Mellisa lagi.” Kata Mami
yangg juga sudah berada di luar. “saya juga sudah meminta Dara untuk tidak
mengungkit tentang kamu di depan Mellisa. Saya harapkamu tidak usah lagi
bertemu dengan Mellisa walaupun ketika Mellisa sudah bisa mengingat kembali
semuanya. Saya hanya ingin putri saya bahagia.” Tambah Mami lagi lalu kembali
masuk.
* * *
Setelah kondisi Mellisa cukup kuat , gadis itu ikut bersama Maminya
dan keluarganya kembali ke Perancis. Papi
atau Ayah, terlunta-lunta sendirian di Jakarta, diceraikan dan tidak diterima oleh
Bunda Kevin maupun Mami Mellisa. Dan Kevin, pulang kembali ke Surabaya, bersama
Bundanya menyimpan seluruh kenangan yang tak akan mungkin bisa di buka dan
diingat.
Vocabulary : ( French )
1. Bonjour,
madame : hai,
nyonya.
2. Bonjour,
mademoiselle : hai, nona.
3. Bien
sûr, mademoiselle :
tentu saja, nona.
4. Et
pourquoipas ? :
dan kenapa tidak ?
5. Quoi
? :
apa ?
6. Pardon. :
maaf.
7. Définitivement : jelas.
8. Avec
plaisir :
dengan senang hati.
9. Merci
beausoup :
terimakasih banyak.
10. Je
vous en prie :
sama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar